About Us

GREETING, SALAM, TABIK, HALLO, HOLLA, BONJOUR, SALUTATION, KI ORA, KON'NICHIWA, NI HAO


Sekilas Tentang Kami
Kami adalah beberapa orang karyawan yang sudah lama berkecimpung di bidang telekomunikasi dan sudah pernah bekerja di beberapa perusahaan baik perusahaan nasional maupun international. Sebagai karyawan, kami pernah menjadi pekerja kantoran ataupun pekerjaan lapangan di berbagai proyek nasional dari kota kota besar sampai kepelosok pulau terpencil dan malah beberapa orang diantara kami pernah juga tinggal beberapa waktu mengerjakan project project di berbagai kota kota di beberapa negara asing diluar indonesia. Setelah sekian lama menjadi karyawan didunia telekomunikasi, kami berpikir bahwa kelak kami akan pensiun dan perlu mengembangkan diri untuk merintis usaha. Dari semua yang kami pelajari, mengembangkan usaha itu tidak ada yang instant, butuh waktu untuk membesarkannya. Usaha menurut pandangan kami adalah seperti tanaman, perlu di pupuk, perlu disiram, perlu dirawat, perlu sabar dan telaten, perlu konsisten dan komitmen, dan perlu terus menerus di-improve. Jika kami melakukannya setelah pensiun, maka kami berpendapat, itu sudah terlambat, karena umur kami akan menjadi tua, dan tidak se-energic saat kami masih muda seperi sekarang ini.

Indonesia, Melalui Kaca Mata Kami
Dari pengalaman di dunia kerja, terutama di negara negara asing, kami mendapat wawasan dan melihat bahwa kondisi Indonesia sebenarnya sangat menyedihkan. Indonesia yang sebenarnya termasuk negara yang mempunyai keuntungan dalam posisi geographis yaitu di sekitar khatulistiwa. Mempunyai curah hujan tinggi, kesuburan tanah, tingkat intensitas matahari yang baik. Didaerah seperti ini, dimana banyak jenis tanaman sangat mudah tumbuh. Jika kita lihat globe, hanya beberapa negara yang mempunyai keuntungan dalam posisi geographis ini, seperti negara negara di afrika, negara di amerika latin, dan negara negara di asia tenggara yang mayoritas wilayahnya merupakan wilayah indonesia. Sayangnya, keunggulan iklim dan geographis yang subur bagi tanaman di wilayah seperti ini, tapi  kontras dengan tingkat ekonomi dan pengetahuan yang dimiliki mayoritas penduduknya.

Sebagai contoh, di negara yang bersuhu sejuk cendrung dingin seperti New Zealand, merupakan juga negara yang dikatakan Surga (Heaven). Mengunjungi Auckland di tahun 2000 dan tinggal berapa lama disana untuk mengerjakan project telekomunikasi disana. Auckland sebagai ibukotanya bermotto Auckland is Sailing City. Negara ini bukanlah termasuk negara industrialis permesinan, negara tersebut bukan juga negara miskin, tapi cukup kaya, padahal  iklimnya termasuk sejuk dan cendrung dingin dan secara geographis lebih dekat ke antartika. Negara ini maju dalam pertanian dan peternakan. Jika dilihat dari udara, lahan pertanian terlihat seperti pola garis lurus yang teratur, mereka mengerjakan nya dengan peralatan mesin, tidak menggunakan tenaga kerja yang banyak. Kenapa peralatan mesin dan tools mudah didapat? Ternyata barang barang tools dan mesin tidak di pajak dengan harga tinggi oleh pemerintah setempat. Bisnis penyewaan mesin dan tools berkembang sangat pesat dan menyebar di berbagai tempat. Begitu juga pengaturan wilayah, residential, comercial, industri, pertanian, jalan raya, transportasi, sangat rapih dan teratur, termasuk pembangunan access jalan.

Negara taiwan yang terletak disuatu pulau dengan lahan terbatas, jangan dikira mereka hanya memajukan industri mesin dan elektronik saja, tetapi industri pertambakan juga berkembang.  Mengunjungi Taiwan, di tahun 1998, saat awal kekacauan karena krismon, tinggal beberapa waktu disana dan mengerjakan project di Kaohsiung dan mengunjungi beberapa kota kota besar dan kecil yang lain seperti Taipei, Taichung, dan juga berinteraksi dengan engineer engineer disana. Memahami kenapa adanya wajib militer bagi setiap anak muda Taiwan, tak heran banyak melihat militer yang berkacamata, dan sangat muda. Dan bagaimana tanggapan mereka secara politik apakah nanti akan bergabung dengan China. Dan herannya, mereka lebih tahu tentang Soekarno dari pada presiden indonesia saat ini. Suatu vision didapat, masyarakat nya sebenarnya sangat peduli bagaimana kehidupan anak cucu mereka mereka kelak. Negara ini sebenarnya harga tanah sangat mahal, dan hampir tidak punya lahan lagi untuk pertanian, padat dengan penduduk yang tinggal di apartemen apartemen dan beranggapan orang yang masih punya lahan adalah orang kaya. Negara yang industrinya dikembangkan dengan model industri besar yang berbasis home industri. Lahan lahan yang sisa di wilayah yang berbukit bukit tidak serta merta boleh di buka untuk lahan pertanian, tapi dirancang untuk area reservasi. Jika dilihat sungainya, bersih dan rapih. Negara ini juga banyak bencana seperti gempa bumi dan taifun. Selain industri yang juga sudah maju dan tentunya tidak usah kita tanyakan lagi, tapi jangan kira negara ini tidak maju dalam pertanian dan perikanan. Sudah banyak contoh kerjasama pertanian dan perikanan dengan unversitas dan institusi di negara kita.

Sama halnya juga dengan jepang, selain industri besar seperti permesinan, elektronika mereka juga sangat maju dalam teknologi yang lain seperti pertanian. Banyak sekali riset dan penelitian mengenai agronomi dilakukan di jepang. Dan janganlah heran, banyak juga mesin mesin pertanian diproduksi di jepang. Tercatat beberapa teknologi seperti aquaponic cukup berkembang pesat dinegara ini. Dan ironisnya, di negara negara seperti ini, yang bencana cukup banyak seperti gempa dan taifun, malah maju dalam banyak bidang teknologi, termasuk pertanian.

Berbicara tentang aquaponic, jika kita perhatikan, teknologi jenis ini masih dalam kategory teknology survival dalam penyedian makanan, sedang diupayakan dalam penerapan untuk menghasilkan tanaman dan perikanan secara komersial seperti yang sedang dicoba di jepang. Dan teknologi seperti ini mulai diterapkan di negara yang beriklim gurun dan miskin hujan seperti daerah timur tengah. Dan saya kira kelak jangan heran, daerah seperti itu juga mampu memproduksi sayuran dan perikanan disebabkan dengan penerapan teknologi aquaponic.


Belanda yang pernah mengkoloni Indonesai selama 350 tahun, menurut pandangan kami Belanda sebenarnya sudah memberi contoh pada kita, bahwa indonesia harusnya dibangun dalam konsep usaha agribisnis. Berapa banyak perkebunan tanaman keras dibangun oleh kolonial belanda. Kenapa belanda memilih Indonesia sebagai tempat produksi tanaman seperti kelapa sawit, kebun teh dan rempah rempah. Menurut pandangan kami, Belanda sebenarnya telah mengajarkan kita, agribisnis indonesia seharusnya jangan dibangun dalam skala skala kecil individual atau perorangan, tapi bangunlah dalam skala usaha yang besar. Bentuknya  mungkin saja sedikit dimodifikasi yaitu dalam large scale agribisnis dalam suatu manajemen yang besar, tapi tetap berbasis pada pertanian pertanian inti rakyat.

Berbekal Vision dari Kaca Mata Itu, Seperti Apakah Seharusnya Indonesia?
Wah, cukup banyak jika kita bahas disini. Pada dasarnya, pertanian didaerah yang iklim kurang mendukung pun, saat ini mampu diterapkan. Sekarang jika kita perhatikan dengan Indonesia, koq .. seperti ini yaa .. sangat Kontras dengan kesuburan dan iklim alam yang dari dulu menjadi potensi besar negara ini. Bahkan, jika kita sekarang melihat beberapa hasil pertanian, koq .. banyak import dari negara lain ...Ohh .. ada apa dengan indonesia?? Apakah orang orang pemerintahan yang selalu memikirkan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya saja .. dan hanya berisi orang orang yang egois yang tidak perduli dengan kemajuan negaranya. Atau mungkin habit warga nya yang salah, atau mungkin terlalu manja dan malas, atau mungkin bukan seluruh warganya, tapi hanya sekelompok orang yang merasa berkuasa  dan menjadi raja kecil dengan mempraktekkan kerumitan birokrasi atau bahkan dalam bentuk premanisme, atau beberapa orang yang melakukan bisnis dengan cara tidak fair. Yaa .. Indonesia, negara yang  kaya dengan slogan nasionalisme tapi ternyata hanya dalam batas pengucapan saja tapi nol dalam penerapannya !


Kenapa kami menilai Idea suatu perusahaan agribisnis yang besar tapi tetap rakyat mengikutnya dalam model perkebunan inti rakyat? Karena dalam agribisnis di sektor produksi, resiko yang dihadapi cukup tinggi. Disektor produksi, tingginya resiko faktor cuaca, alam dan hama, dapat membuat petani tersebut gagal panen. Selain faktor tools yang tidak selalu ada, akhirnya dikerjakan dengan cara manual dan menggunakan tenaga kerja yang banyak, biaya operasi lebih besar. Disamping itu, para petani sangat lemah dibidang pemasaran, karena terlalu sibuk dalam bidang produksi. Belum lagi faktor pasca panen, bagaimana masalah storage, packaging, dan lain lain. Terlalu luasnya scope wilayah produksi ini yang akhirnya tidak mampu dilakukan oleh petani. Semua faktor tersebut, ditambah lemahnya ekonomi, membuat petani jadi object empuk para pedagang tengkulak dan pedagang tengkulak lah yang kaya.



Kenapa tidak mengelolanya dalam manajemen operasi yang sama, bersama sama dalam suatu perusahaan besar??. Kelemahan dalam system pemasaran bisa dikerjakan oleh pihak perusahaan. Besarnya scope dalam lingkup produksi bisa dikerjakan bersama oleh pihak perusahaan menggunakan permesinan dari mulai mengolah lahan, menyiram, menyiapkan irigasi, mengontrol hama dan penyakit. Faktor gagal panen disebabkan cuaca dan alam, bisa ditopang secara ekonomi oleh pihak perusahaan. Tentunya semua pekerjaan harus mengikuti SOP perusahaan. Petani dan pihak perusahaan tentunya bekerja sama dalam ketentuan ketentuan yang dibuat bersama, termasuk system penggajian, system prosentasi bagi hasil.

Model usaha seperti ini, sebenarnya sudah ada, yaitu model PIR (perkebunan Inti Rakyat), tapi sayangnya hanya untuk tanaman keras. Saya tidak tahu apakah sudah ada yang mencobanya untuk tanaman palawija, tanaman farmasi, sawah, dan lain lain.



Dalam pandangan kami, negara kita tetap akan lemah jika agribisnis dibangun secara perorangan. Agribisnis itu scope kerjaan nya cukup luas, dari mulai pembenihan, plantation, pengendalian hama dan gulma, sampai phase penyimpanan dan packaging.



Sangat sedikit teknology terapan seperti aquaponic, teknology lahan, ataupun pertanian indoor, green house diterapkankan. Dan kondisi pertanian saat ini sangat miskin peralatan teknology permesinan, apalagi energy seperti penggunaan sel surya, biogas digester, dan penggabungan antara perkebunan, perikanan, peternakan, yang seluruh kebutuhan pupuk, pakan, energy seluruhnya dihasilkan dari farm tersebut. Kondisi ini sangatlah jauh dengan kondisi pertanian di negara maju, jumlah tenaga kerja sedikit, hampir semuanya menggunakan permesinan.



Terlalu Banyak Pendapat dan Penilaian, Bagaimana Kalau Dicoba Dulu? 
Dengan semua gambaran tersebut, muncullah ide untuk memulai suatu perkebunan, kami komunitas dari beberapa pekerja telekomunikasi mencoba untuk membuat konsep dan menjalankannya.

Di sekitar akhir tahun 2011, Pertama kali kami membuat usaha ini dengan nama BKG, Berkah Karya Gemilang, setelah dua tahun berjalan kami merubahnya menjadi Kreasi Kemilau (Scintillative Creation).

Saat memulai selalu mencari Ridha Allah sebagai penguasa Alam ini, mudah mudahan upaya yang kami lakukan diberkahiNya




CONTACT

"Eko Wijatmoko" <ewijatmoko@yahoo.com>,

"El-Suhairi Muhammad" <melsuhairi@gmail.com>,
"Dodi Djuandi" <dodi.djuandii@gmail.com>,
"Tjetjep Witjahjono" <tjetjep.witjahjono@gmail.com>,